BLOGGER TEMPLATES AND Zwinky Layouts »

Entri Populer

Senin, 20 Juni 2011

sejarah sekolah kita

SEJARAH MA HASYIM ASY'ARI BANGSRI JEPARA

Madrasah Aliyah Hasyim Asy'ari Bangsri Jepara berdiri pada tanggal 1 Januari 1971. Hal ini merupakan pengembangan dari Madrasah Mualimin-Mualimat NU 4 tahun, kemudian menjadi Madrasah Mualimin-Mualimat NU 6 tahun, berkembang lagi menjadi Madrasah Tsanawiyah Hasyim Asy’ari Bangsri Jepara dan akhirnya melahirkan Madrasah Aliyah Hasyim Asy'ari Bangsri Jepara ini.
Pada saat berdiri di kecamatan Bangsri belum ada Sekolah atau Madrasah yang sederajat, sehingga dengan berdirinya Madrasah Aliyah Hasyim Asy'ari Bangsri Jepara ini berarti merupakan lembaga pendidikan setingkat SLTA tertua di kecamatan Bangsri yang pada saat itu sangat diharapkan kehadirannya oleh masyarakat. Walau pada awal berdirinya memang belum banyak respon dari masyarakat di kecamatan Bangsri. Namun dengan berjalannya waktu, akhirnya banyak sekali respon dari masyarakat untuk menyerahkan pendidikan putra-putrinya di Madrasah Aliyah Hasyim Asy'ari Bangsri Jepara. Apalagi dengan banyaknya alumnus-alumnus dari Madrasah Aliyah Hasyim Asy'ari Bangsri Jepara yang diterima sebagai tokoh masyarakat di daerahnya masing-masing.
Madrasah Aliyah Hasyim Asy'ari Bangsri Jepara didirikan oleh para tokoh masyarakat agama Islam dan para pendidik di kecamatan Bangsri. Ini merupakan realisasi kepedulian para tokoh tentang pentingnya peningkatan pendidikan di masa yang akan datang. Diantara tokoh-tokoh yang ikut membidani lahirnya Madrasah Aliyah Hasyim Asy'ari Bangsri Jepara adalah :
1. Bapak KH. Mc. Amin Sholeh    dari Bangsri Jepara
2. Bapak KH. Abdul Hadi    dari Tengguli Bangsri
3. Bapak KH. Toha     dari Tengguli Bangsri
4. Bapak KH. Muhdi    dari Kedungleper Bangsri
5. Bapak K. Khayyun    dari Kedungleper Bangsri
6. Bapak KH. Nur Salim    dari Banjaran Bangsri
7. Bapak K. Zamroni    dari Banjaran Bangsri
8. Bapak A. Damuri    dari Banjaran Bangsri
Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh yang ikut mendirikan lembaga pendidikan ini, yang belum dapat kita sebutkan identitasnya.
Akhirnya pada tanggal 19 Maret 1979 Madrasah Aliyah Hasyim Asy'ari Bangsri Jepara mendapat Piagam Terdaftar dari Kanwil Depag Prop. Jawa Tengah dengan nomor piagam : lk/3c/34/Pgm MA/1980 dan Nomor Statistik Madrasah : 312.33.20.09.172.
Dengan semakin berkembangnya Madrasah Aliyah Hasyim Asy'ari Bangsri Jepara, maka pada tanggal 3 Juli 1997 diajukan permohonan akreditasi untuk mendapatkan Status Diakui dengan mendapatkan piagam akreditasi Diakui nomor : B/E.IV/MA/0688/1998 tertanggal 9 Pebruari 1998.

lulus seratus persen

Sebanyak 367 siswa kelas XII MAN 2 Kudus yang ikut Ujian Nasional 2011 mengekpresikan kelulusan mereka dengan melakukan sujud syukur atas sukses yang diraih berupa kelulusan seratus persen. Kegiatan sujud syukur ini dilakukan di Mushola Nurul Iman MAN 2 Kudus, Senin 16 Mei 2011. Para siswa tampak bergembira sekaligus terharu, hal ini terlihat dari ekspresi wajah mereka setelah mengetahui Ujian Nasional yang memuaskan.
Berbeda dengan sekolah lain yang mengumumkan kelulusan pada pagi atau siang hari, MAN 2 Kudus seperti tahun-tahun yang lalu mengumumkan kelulusan pada sore hari. Acara dimulai sholat ashar berjamaah, dilanjutkan dengan khotmil Qur'an, doa bersama dan sambutan Kepala Madrasah.
Dalam sambutannya, Drs. H. Ah. Rif an, M.Ag berpesan agar seluruh siswa kelas XII yang sebentar lagi menjadi alumni bisa mengamalkan ilmu yang telah diperoleh dan selalu menjaga akhlaknya di masyarakat dengan menjadi insan yang bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.
“Kalian sebagai generasi muda tanpa bearkhlakul karimah maka tidak bermartabat. Jati diri madrasah adalah menghasilkan lulusan yang berilmu sekaligus berakhlakul Islami”, kata Bapak Rif an.
Untuk Ujian Nasional tahun ini tingkat kelulusan SMA/MA/SMK di Jateng mencapai 99,71%, sedangkan di Kudus mencapai 99,98%.
MAN 2 Kudus pada Unjian Nasional tahun ini mencapai hasil yang memuaskan dengan peringkat sekolah menempati klasifikasi A. Untuk jurusan IPA pada tingkat MAN se Jateng menempati ranking 1, pada tingkat MAN dan MAS se Jateng menempati ranking 2. Untuk jurusan Bahasa pada tingkat MAN se jateng menempati ranking 1, pada tingkat MAN dan MAS se Jateng menempati ranking 2. Sedangkan untuk jurusan IPS pada tingkat MAN se Jateng menempati ranking 9, pada tingkat MAN dan MAS se Jateng menempati ranking 68.
MAN 2 Kudus pada Ujian tahun ini juga mencatatkan prestasi gemilang dengan perolehan nilai 10.00 bagi 11 siswanya. Untuk Mapel Matematika ada 5 siswa, yaitu Jamil Adi Putra, Dwi Wahyu Hidayat, Fahrul Tri Hidayatullah, Istiqomah dan Nihlatul Falasifa. Untuk Mapel Fisika ada 1 orang, yaitu Istiqomah. Dan untuk Mapel Kimia ada 5 orang, yaitu Atika Ardiyanti, Erni Husniawati, Ida Fitriyantika A, Ichda Lailatul Ulya dan Shomayya Rachmawati. Masing-masing siswa yang memperoleh nilai 10.00 mendapat reward dari madrasah uang sebesar Rp. 200.000,-
Sedangkan reward dari madrasah bagi guru adalah uang Rp. 1.000.000,- diberikan kepada guru pengampu Mapel UN tiap mapelnya, apabila rata-rata nilai melebihi 8,50. Dalam hal ini ada enam pelajaran yang rata-rata nilainya melebihi 8,50, yaitu Matematika (8,92), Fisika (8,97), Kimia (8,94), Bahasa Inggris (8,81), Biologi (8,91) dan Bahasa Indonesia (8,53).
Selamat atas prestasi yang diraih siswa dan guru MAN 2 Kudus pada Ujian Nasional tahun ini. Semoga pada tahun depan bisa meraih prestasi yang lebih baik lagi. أمين

kapan

lagu yang mengingatkan tentang dikir

Every night and every day
Every night and every day
Never forget to say
La ilaha illa Allah
(Nothing worthy of worship except Allah)

When youre walking down the street
And you see the clouds in the sky
Praise Him and always repeat
The name of The Most High
And say with every heartbeat
La ilaha illa Allah

Chorus

No matter where you are or what you do
Remember Allah is watching over you
Hes the Light of Heavens and Earth
Hes the first, and He is the last
Obey Him and always say
La ilaha illa Allah

Chorus

La ilaha illa Allah
La ilaha illa Allah
La ilaha illa Allah
Never forget to say
La ilaha illa Allah

Chorus

La ilaha illa Allah
La ilaha illa Allah
La ilaha illa Allah

hari pertama ku mengenal pentingnya angka nol

Waktu itu adalah hari Senin. Hari pertama faizin dan kawan-kawan masuk sekolah. Hari pertama belajar di MTs hasyim asya'ri, satu-satunya MTs di pinggiran suatu kecamatan di kab.jepara
Menurut jadwal yang sudah ditetapkan, dan sudah dicatat oleh faizin saat masa orientasi siswa (MOS), pelajaran pertama hari Senin adalah matematika. Satu pelajaran yang disukainya sejak MI dulu.
***
Lonceng sekolah berbunyi empat kali. Menandakan jam masuk sekolah dan pelajaran pertama akan segera dimulai. Para siswa segera masuk kelas, duduk dengan rapi, menunggu guru matematika mereka.
Saat menunggu,faizin membayangkan guru matematika yang akan masuk adalah seorang yang guru yang sudah tua dan ditakuti siswa-siswinya .faizin pernah mendengar dari kakak-kakak kelasnya bahwa guru-guru matematika di MTs HA terkenal sangat galak, ditakuti, dan tidak disukai siswa-siswinya.
Tiba-tiba lamunan faizin terpecah karena mendengar ucapan salam dari sang guru matematika. Ternyata, yang dibayangkan faizin salah. Guru matematikanya ternyata masih muda, dan sepertinya adalah guru baru di SMP Pembangunan. Setelah berdo’a dan lain sebagainya, tiba giliran sang guru mengenalkan diri sebelum memulai pelajaran.
“Anak-anak sekalian, sebelum kita mulai pelajaran, bapak akan perkenalkan diri bapak dulu, lalu bapak pun ingin mengenal satu-persatu kalian! Nama bapak adalah Al Zero. Orang-orang biasa memanggil Zero, tapi ada juga yang memanggil Al. Kalau ada yang mau kalian tanyakan, bapak persilakan!”
Demikian Pak Zero memperkenalkan diri.
Sambil menunggu pertanyaan, Pak Zero berusaha mengenali siswa-siswinya, dengan memanggil satu persatu nama mereka dari daftar hadir yang beliau bawa.
Kelas masih diam, siswa-siswi Pak Zero rupanya masih enggan bertanya. Baru saja Pak Zero akan bicara, tiba-tiba muncul pertanyaan.
“Pak, kenapa nama bapak Al Zero? Apa artinya?”
Ya, itulah pertanyaan singkat yang diajukan Udin, kawan sebangku faizin. Pak Zero tidak langsung menjawab, sedikit tersenyum dan sepertinya berpikir untuk menjawabnya.
“Ok, terima kasih, pertanyaan yang bagus, Din! Mm…kalian, selain Udin, mau tahu juga?
Serentak, semua siswa Pak Zero mengatakan, “Mauuuuuuuu…”. Mulai saat itu, terjadilah proses pembelajaran matematika melalui tanya jawab seperti berikut ini.
Pak Zero: “Mmm…Zero adalah satu kata yang berasal dari bahasa Inggris. Mm… kalian sudah pernah belajar bahasa Inggris, kan?”
Tak ada siswa yang mengaku, kelas kembali terdiam. Semua siswa diam. Terdiamnya mereka karena memang tak ada satu pun di antara mereka yang pernah belajar bahasa Inggris. Sungguh berbeda nasib mereka dengan siswa-siswa yang ada di kota yang sejak MI sudah pernah belajar bahasa Inggris, baik melalui kursus atau dari sekolah.
Pak Zero baru sadar bahwa yang dihadapinya adalah siswa-siswi MTs, yang sewaktuMIbelum pernah mempelajari bahasa asing, termasuk bahasa Inggris.
Pak Zero: “Ok, jadi, zero itu artinya nol! Ya, nol!
“Lalu, kenapa bapak dinamai Zero alias Nol?” tanya Dirman dengan rasa ingin tahu yang tinggi!
Pak Zero: “Orang tua bapak seorang pedagang yang cukup gemar membaca, khususnya tentang sejarah matematika. Saat ada dalam kandungan, orang tua bapak ingin sekali menamai anaknya dengan nama yang berasal dari istilah matematika.”
Para siswa menyimak dengan baik apa yang diceritakan Pak Zero.
Pak Zero: “Dari sekian banyak istilah matematika yang diketahui orang tua bapak, hampir semuanya tidak cocok untuk dijadikan nama. Mereka terus berpikir dan mencari, hingga, entah dengan sebab apa, orang tua bapak menamai bapak dengan Al Zero. Katanya sih, terinspirasi dari nama penyanyi terkenal, tapi nama itu erat kaitannya pula dengan sejarah matematika, khususnya tentang angka nol!”
“Kalau begitu, bapak tahu dong sejarah angka nol?” tanya faizin, tiba-tiba berani mengungkapkan rasa ingin tahunya.
“Iya, Pak, ceritakan tentang angka nol pada kami!” pinta Jerry, seorang siswa yang duduk di pojok kanan belakang kelas.
Pak Zero: “Ok, akan bapak ceritakan! Sekalian ini anggap saja sebagai pembuka topik yang akan kita pelajari nanti. Cerita ini cocok dengan pelajaran yang akan kita pelajari, yaitu tentang bilangan bulat!
“Horee… pelajaran matematikanya lewat dongeng!” kata Udin dalam hati. Udin pantas bergembira, sebab sejak MI dia memang kurang menyukai matematika, seringnya takut belajar satu pelajaran ini.
Pak Zero pun memulai ceritanya, tentang nol. Ya, tentang satu kata yang nyantel di namanya. Beginilah ceritanya.
“Konon, dibandingkan angka-angka yang lain, nol merupakan angka yang relative baru ditemukan! Menurut para ahli sejarah matematika, gagasan tentang nol pertama kali ditemukan di catatan Brahmagupta pada abad 7 Masehi.”
Udin: “Pak, Brahmagupta itu siapa?”
Pak Zero: “Brahmagupta adalah salah seorang matematikawan yang berasal dari negeri India. Ya negerinya tuan Takur, yang terkenal dalam film-film India itu!”
“Ha ha ha…” hampir semua siswa tertawa mendengar cerita Pak Zero, karena menyebut satu tokoh terkenal (bengis) dalam film India.
“Konon, di catatan Brahmagupta, angka nol dilambangkan tidak seperti sekarang. Lambangnya waktu itu baru berupa titik. Bukan bundaran seperti sekarang!”
“Berarti, bukan Brahmagupta dong yang menemukan angka nol? Lalu siapa, Pak, yang pertama kali menggunakan lambang 0 seperti sekarang?” tanya faizin dengan sangat kritis. Pertanyaan yang tak terduga, mengagetkan Pak Zero.
Apa tanggapan Pak Zero terhadap pertanyaan, faizin? Tunggu artikel selanjutnya. Sabar ya… :)

Senin, 13 Juni 2011

angka nol angka yang misteri

Waclaw Sierpinski, seorang pakar Matematika yang cemerlang … cemas karena kehilangan sebuah tas bawaannya. “Tidak sayang!”, kata istrinya. “Semuanya ada enam di sini”. “Tidak mungkin”, Kata Sierpinski. “Aku telah menghitungnya berulang kali: nol, satu, dua, tiga, empat, lima.” – The Book Of Number

Dalam sehari-hari, sesungguhnya kita tidak membutuhkan angka nol, benar-benar tidak butuh. Ketika anda ditanya, ‘Punya berapa jerukkah anda ?’, maka anda akan cenderung untuk mengatakan ‘Saya tidak punya jeruk’ ketimbang mengatakan ‘Saya mempunyai nol jeruk’. Ketika kita mempunyai seorang adik dan ditanya ‘Berapa tahun umur adikmu itu ?’. Maka kita lebih memilih untuk menjawab ‘Umurnya baru 1 bulan’ daripada harus menjawab dengan ’Umurnya baru 0 tahun’. Inilah masalahnya, karena dalam prakteknya kita sama sekali tidak memerlukan angka nol.

Maka dalam waktu yang sangat lama pada sejarah perjalanan manusia, angka nol tidak muncul. Dan ternyata angka nol sendiri relative belum terlalu lama ditemukan, karena memang ‘tidak penting’.

Petunjuk mengenai awal manusia mengenal hitungan ditemukan oleh arkeolog Karl Absolom tahun 1930 dalam sebuah potongan tulang serigala – ternyata mereka lebih bernyali, karena kita lebih memilih untuk menggunakan media kertas dibading tulang serigala – yang diperkirakan berumur 30.000 tahun.

Terserah anda akan membayangkan seperti apa 30.000 tahun yang lalu itu dan bagaimana kita hidup jika telah dilahirkan pada masa itu.

Pada potongan tulang itu ditemukan goresan-goresan kecil yang tersusun dalam kelompok-kelompok yang terdiri atas lima. iiiii iiiii iiiii. Entah apa yang telah dihitung oleh Manusia gua Gog. Apakah ia sedang menghitung berapa lalat yang telah ia lahap, ataukah sudah berapa lama ia tidak mandi, entahlah. Dan pada zaman ini angka nol sama sekali belum muncul, karena memangnya untuk apa ?

Jauh sebelum zamannya si Gog, diperkirakan manusia baru mengenal angka satu dan banyak atau satu, dua dan banyak. Pada saat ini ternyata masih ada yang menggunakan sistem ini, yaitu suku Indian Sirriona di Bolivia dan orang-orang Yanoama di Brasil. Ternyata seiring berjalannya waktu, mereka mulai merangkai angka yang sudah ada. Suku Bacairi dan Baroro memiliki system hitung ‘satu’, ‘dua’, ‘dua dan satu’, ‘dua dan dua’, ‘dua dan dua dan satu’, dst. Mereka memiliki system angka berbasis dua dan kita sekarang menyebutnya dengan system biner – saat ini kita sering mempelajarinya jika kita mempelajari system hitungan yang digunakan komputer. Saat ini pun kita menuliskan sebelas sebagai sepuluh dan satu, dst.

Sekarang kita menyebut system basis lima yang digunakan si Gog adalah system quiner. Mengapa Gog memilih lima sebagai basisnya, dan bukannya basis empat atau enam ? Toh, basis berapapun yang dipilih, maka system penghitungan akan tetap bisa dilakukan. Tampaknya ini dipilih karena manusia sajak dari dulu sampai sekarang memiliki lima jari di setiap tangan. Penyebutan Baroro untuk ‘dua dan dua dan satu’ adalah ‘seluruh jari tangan saya’ dan masyarakat Yunani kuno menyebut proses penghitungan dengan fiving – melimakan. Tapi sampai saat itu angka nol tetap belum muncul, karena kita tidak perlu mencatat dan mengatakan ‘nol serigala’ dan ‘nol adik kita’ bukan ?

Sejak masa Gog manusia terus mengalami kemajuan. Kembali kita menelusuri mesin waktu, lima ribu tahun yang lalu, orang-orang Mesir mulai membuat tanda untuk menunjukkan ‘satu’, tanda lain untuk menunjukkan ‘lima’, dsb. Sebelum masa piramida, orang-orang Mesir kuno telah menggunakan gambar untuk system bilangan desimal – basis sepuluh, jari dua tangan saya – mereka. Bangsa Mesir akan menggambar enam simbol untuk mencatat angaka seratus dua puluh tiga ketimbang menggambar 123 garis. Bangsa Mesir dikenal sangat menguasai matematika. Meraka pakar perbintangan dan pencatat waktu yang handal dan bahkan sudah menciptakan kalender. Penemuan sistem penanggalan matahari merupakan terobosan besar dan ditambah dengan penemuan seni geometri . Meskipun mereka sudah mencapai matematika tingkat tinggi, namun angka nol ternyata belum muncul juga di Mesir. Ini dikarenakan mereka menggunakan matematika untuk praktis dan tidak menggunakannya untuk sesuatu yang tidak berhubungan dengan kenyataan.

Kemudian kita berpindah ke Yunani. Sebelum tahun 500 SM, mereka telah memahami matematika dengan lebih baik dibandingkan Mesir. Mereka juga menggunakan basis 10. Orang Yunani , sebagai contoh, menuliskan angka 87 dengan 2 simbol, dibandingkan dengan Mesir yang harus menuliskannya dengan 15 simbol, yang justru mengalami kemunduran pada angka Romawi yang memerlukan 7 simbol – LXXXVII. Jika bangsa Mesir menganggap matematika hanyalah alat untuk mengetahui pergantian hari – dengan sistem kalender – dan mengatur pembagian lahan – dengan geometri – , maka orang Yunani memandang angka-angka dan filsafat dengan sangat serius. Zeno yang melahirkan paradoks ketertakhinggaan dan Pytagoras yang sangat kita kenal dengan teorema segitiga siku-sikunya – yang belakangan diketahui bahwa rumus ini sebenarnya sudah diketahui sejak 1000 tahun sebelumnya, dilahirkan di sini. Kita juga mengenal Aristoteles dan Ptolomeus. Mereka dikenal dengan filsafatnya – yang tidak kita bahas dulu, karena akan sangat panjang – walaupun demikian, mereka juga tidak menemukan angka nol. Angka nol tetap belum ditemukan sampai saat ini.

Kembali ke dunia timur, Babilonia – Iraq sekarang – ternyata memiliki sistem hitung kuno yang jauh lebih maju. Mereka menggunakan sistem berbasis 60, seksagesimal , sehingga mereka memiliki 59 tanda. Yang membedakan sistem ini dengan Mesir dan Yunani adalah, bahwa sebuah tanda dapat berarti 1, 60, 3600 atau bilangan yg lebih besar lainnya. Merekalah yang mengenalkan alat bantu hitung abax – soroban di Jepang, suan-pan di China, s’choty di Rusia, coulbadi di Turki, dll yang di sini kita sebut dengan sempoa). Sistem hitung mereka seperti sistem kita saat ini dimana 222 menunjukkan nilai ‘dua’, ‘dua puluh’ dan ‘dua ratus’. Begitu juga simbol i menunjukkan ‘satu’ atau ‘enam puluh’ dalam dua posisi yang berbeda. Orang Babilonia tidak memiliki metode untuk menunjukkan kolom-kolom yang tepat bagi simbol-simbol tertulis, sementara dengan abakus hal ini lebih mudah ditunjukkan angka mana yang dimaksud. Sebuah batu yang terletak di kolom kedua dapat dibedakan dengan mudah dari batu yang terdapat di kolom ketiga dan seterusnya. Dengan demikian i dapat berarti 1, 60 atau 3600 atau nilai yang lebih besar. Sehingga ii dapat lebih kacau lagi, karena bsa berarti 61, 3601, dsb. Maka diperlukan penanda dan mereka menggunakan ii sebagai tempat kosong, sebuah kolom kosong pada abakus. Sehingga sekarang ii berarti 61 dan iiii berarti 3601. Walaupun mereka telah menemukan penanda kolom kosong dengan ii, namun sesungguhnya angka nol tetap saja belum muncul pada kebudayaan ini.ii tetap tidak mempunyai nilai numerik tersendiri.

Maka ketika kita meninggalkan kebudayaan-kebudayaan di atas, tetap saja belum kita temukan angka nol dan dari titik ini kita akan mengalami percabangan untuk menentukan siapa sebenarnya penemu sang angka nol. Asal mula matematika di India masih samar. Sebuah teks yang ditulis pada tahun 476 M menunjukkan pengaruh matematika Yunani, Mesir dan Babilonia yang dibawa Alexander saat penaklukannya. Suatu ketika pakar Matematika India mengubah sistem hitung mereka dari sistem Yunani ke Babilonia tetapi berbasis sepuluh. Namun dari referensi pertama bilangan Hindu yang berasal dari seorang Uskup Suriah pada tahun 662 menyebutkan bahwa mereka menggunakan 9 tanda dan bukannya sepuluh.

Dengan jatuhnya kekaisaran Romawi pada abad VII, Barat pun mengalami kemunduran dan Timur mengalami kebangkitan. Selama bintang Barat tenggelam di balik cakrawala, bintang lainnya terbit, Islam.

Setelah Rasulullah Muhammad saw wafat maka dimulailah masa Khulafur Rasyidin yang dipimpim oleh Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq ra, Amirul Mukminin Umar Bin Khattab Al Faruq ra, Amirul Mukminin Usman Bin Affan Dzunnurrain ra dan Amirul Mukminin Ali Bin Abi Thalib kw. Dan saat ini Islam telah tersebar mencapai Mesir, Suriah, Mesopotamia dan Persia dan juga Yerusalem. Pada tahun 700 M, Islam telah mencapai sungai Hindus di Timur dan Algiers di Barat. Tahun 711 M, Islam telah menguasai Spanyol sampai ke wilayah Prancis dan di tahun 751 M telah mengalahkan Cina. Dan di Spanyol yang lebih dikenal dengan Andalusia, mengalami puncak kejayaanya pada abad VIII.

Pada abad IX, Khalifah Al Ma’mun mendirikan perpustakaan megah, Bayt Al Hikmah – Rumah Kebijaksanaan. Dan salah satu ilmuwan terkemukannya adalah Muhammad Ibnu Musa Al Khawarizmi. Tulisan pentingnya antara lain Al-Jabr Wa Al-Muqabala dan dari sinilah muncul istilah aljabar – penyelesaian. Dan juga menyebarkan Algoritma dari kata Al-Khawarizmi.

Dan dari sinilah bangsa-bangsa di belahan dunia lain akan mengikuti sistem bilangan arab yang baru. Bilangan yang terdiri atas sepuluh tanda. Dan akhirnya angka nol pun muncul dan selesailah perjalanan kita. Dan kita tetap belum tahu secara pasti apakah angka nol pertama muncul di India ataukah di Andalusia ataukah di Arab. Namun suatu hal yang pasti, ia baru muncul pada abad – minimal – VI atau bahkan lebih. Wallahu ‘alam.

*Sebagaian diambil dari buku berjudul Biografi Angka Nol oleh Charles Seife

sumber http://shofiqsula.wordpress.com/2008/08/07/asal-usul-angka-no